Tentang Kenangan
“Kenangan hanyalah hantu di sudut pikir” kata Luhde dalam novel Perahu Kertas.
Entah dipandang dari sudut mana hantu
yang dimaksud oleh Luhde. Mungkin dari sisi kejahatannya, sosoknya yang
menyeramkan dan mengganggu, membuat ketenangan meninggalkan kita
jauh-jauh. Atau mungkin dari sisi kebiasaannya, kadang hilang, kadang
muncul tiba-tiba. Seperti itukah kenangan?
Bagi saya
pribadi, kenangan adalah rangkaian jembatan masa lalu, yang pernah
mengantarkan kita sampai titik ini. Kenangan adalah jalan panjang yang
akan terlihat saat kita menengok ke belakang, sekaligus menjadi rasa
yang tercipta selama perjalanan. Maka kenangan itu sampai sekarang
hidup. Ia bukan hantu. Ia juga bukan pengganggu. Kenangan adalah
malaikat yang diturunkan ke dalam kehidupan kita agar kita belajar, maka
kenangan adalah guru. Kenangan adalah mawar, adalah awan, adalah udara,
adalah mimpi, adalah energi, adalah kebencian, adalah keputusasaan,
atau bahkan perih yang menganga ‘tak terobati.
Kenangan tentang ibu akan membuat saya
kembali hidup. Maka di sana kenangan sedang berperan sebagai udara.
Kenangan tentang sahabat-sahabat saya akan memberikan keteduhan hati,
maka kenangan adalah awan, adalah pohon, atau angin sejuk yang berhembus
cantik.
Seperti halnya cinta, nampaknya saya lebih suka menceritakan kenangan dari pada harus mendefinisikannya.
0 komentar:
Posting Komentar