Kado
Adakalanya sesuatu itu menarik justru
ketika kita tidak tahu. Pengetahuan atas sesuatu cenderung membawa kita
untuk berdiri di atas sekat tipis antara suka atau tidak suka, lalu pada
akhirnya kita akan jatuh—atau menjatuhkan diri—pada salah satunya. Kita
akan suka, atau tidak suka. Seperti menerima kado.
Kado
barangkali menjadi hal mahaspesial yang paling kita nantikan di
momen-momen bahagia kita—ulang tahun, pernikahan, atau ulang tahun
pernikahan. Ada semacam rasa penasaran yang lebih sering membuat kita
ingin tersenyum saat menjalani prosesi sakral ini: proses menerima kado.
Tersenyum, penasaran, membuka, tahu,
selanjutnya kita akan memutuskan dengan sendirinya. Bilapun tidak,
hubungan-hubungan antara prediksi, ekspektasi dan realita akan
menyimpulkanya sendiri: kita suka, atau tidak suka. Sepertinya itu hanya
masalah waktu.
Tiap-tiap kita selalu punya definisi
masing-masing tentang kado yang indah. Mungkin dilihat dari bentuk,
latar belakang, warna, jenis, atau bisa jadi harga. Bagi saya, kado
terindah di momen spesial justru momen spesial itu sendiri. Seperti
halnya ulang tahun. Buat saya kado ulang tahun terindah adalah ulang
tahun itu sendiri. Dan di pagi hari yang sejuk nan beroksigen gratis
ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
Allah swt yang masih memberikan saya kesempatan untuk terus memperbaiki
diri. Bukankah Allah lebih suka orang yang selalu menyucikan diri dibanding orang yang suci?
Terima kasih Allah. Terima kasih, wahai Maha Pemberi Kado—seindah-indahnya kado.
0 komentar:
Posting Komentar