Rabu, 04 April 2012

Kadar Kesadaran

Kadar Kesadaran

Entah kenapa saya masih yakin: kebanyakan orang membeli karcis kereta api karena khawatir didenda petugas pemeriksa, bukan karena kesadaran bahwa membeli karcis adalah sebuah kewajiban yang harus kita tunaikan atas fasilitas yang kita dapatkan.Barangkali ini hipotesis yang salah, atau kurang tepat. Namun, sekali lagi, hal ini saya yakini.
Saya adalah orang yang biasa iseng mengamati hal-hal yang mungkin bagi kebanyakan orang tidak penting. Salah satu yang saya amati adalah penumpang kereta api. Kebetulan beberapa hari yang lalu saya menggunakan jasa kereta api atau yang biasa disebut commuter line dari stasiun Pondok Cina menuju Stasiun Juanda dalam rangka melaksanakan tugas uji coba media promosi gizi di sebuah daerahdi Grogol.
Berikut hasil pengamatan iseng saya;
Berdasarkan latar belakangnya, pembeli karcis bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis. Pertama, Orang yang membeli karcis karena khawatir didenda petugas. Kedua, orang yang membeli karcis karena sadar bahwa itu adalah kewajiban yang harus ditunaikan atas hak berupa fasilitas yang didapatkan. Lantas saya mulai menerka-nerka, kira-kira hal apa yang bisa saya simpulkan dari hasil pengamatan saya ini. Pemikiran saya mulai mengaitkan antara latar belakang pembelian karcis dengan tingkat kedewasaan seseorang.
Mungkin hal ini bisa menjadi ukuran untuk menentukan tingkat kedewasaan seseorang. Antara orang yang melakukan sesuatu karena takut dihukum, dengan orang yang melakukan sesuatu karena sadar hal itu merupakan kewajiban tentu punya kadar kedewasaan yang berbeda. Kategori kedua tentu punya tingkat kedewasaan lebih tinggi. a
Lalu, entah mengapa saya mengaitkan hal ini dengan masalah Iman. Saya pikir, antara orang yang melakukan sesuatu karena takut masuk Neraka, punya kadar Iman yang berbeda dengan orang yang melakukan sesuatu karena ingin masuk Surga. Orang yang melakukan sesuatu karena ingin masuk surga tentu punya tingkat ke-Imanan lebih tinggi. Entah lah.

0 komentar:

Posting Komentar