Kadar Kesadaran
Entah kenapa saya masih yakin:
kebanyakan orang membeli karcis kereta api karena khawatir didenda
petugas pemeriksa, bukan karena kesadaran bahwa membeli karcis adalah
sebuah kewajiban yang harus kita tunaikan atas fasilitas yang kita
dapatkan.Barangkali ini hipotesis yang salah, atau kurang tepat. Namun,
sekali lagi, hal ini saya yakini.
Saya adalah
orang yang biasa iseng mengamati hal-hal yang mungkin bagi kebanyakan
orang tidak penting. Salah satu yang saya amati adalah penumpang kereta
api. Kebetulan beberapa hari yang lalu saya menggunakan jasa kereta api
atau yang biasa disebut commuter line dari stasiun Pondok Cina menuju
Stasiun Juanda dalam rangka melaksanakan tugas uji coba media promosi
gizi di sebuah daerahdi Grogol.
Berikut hasil pengamatan iseng saya;
Berdasarkan latar belakangnya, pembeli
karcis bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis. Pertama, Orang yang
membeli karcis karena khawatir didenda petugas. Kedua, orang yang
membeli karcis karena sadar bahwa itu adalah kewajiban yang harus
ditunaikan atas hak berupa fasilitas yang didapatkan. Lantas saya mulai
menerka-nerka, kira-kira hal apa yang bisa saya simpulkan dari hasil
pengamatan saya ini. Pemikiran saya mulai mengaitkan antara latar
belakang pembelian karcis dengan tingkat kedewasaan seseorang.
Mungkin hal ini bisa menjadi ukuran
untuk menentukan tingkat kedewasaan seseorang. Antara orang yang
melakukan sesuatu karena takut dihukum, dengan orang yang melakukan
sesuatu karena sadar hal itu merupakan kewajiban tentu punya kadar
kedewasaan yang berbeda. Kategori kedua tentu punya tingkat kedewasaan
lebih tinggi. a
Lalu, entah mengapa saya mengaitkan hal
ini dengan masalah Iman. Saya pikir, antara orang yang melakukan sesuatu
karena takut masuk Neraka, punya kadar Iman yang berbeda dengan orang
yang melakukan sesuatu karena ingin masuk Surga. Orang yang melakukan
sesuatu karena ingin masuk surga tentu punya tingkat ke-Imanan lebih
tinggi. Entah lah.
0 komentar:
Posting Komentar