Serial Optimisme IV: Sinergi Optimisme dan Kesabaran
“(Yaitu) ketika mereka datang
kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi
penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu
menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.” Q.S
Al-Ahzab : 10.
Madinah sudah dikepung, dari luar,
bahkan dari dalam. Sekitar 10 ribu pasukan kafir sudah siap menyerbu. Di
tengah-tengah kelaparan dan kekhawatiran itu Pasukan Muslim memutuskan
untuk tetap berperang. Mereka telah diajarkan untuk tetap optimis, bahwa
mereka akan memperoleh kemenangan. Mereka juga telah diperintahkan untuk bersabar. Akhirnya Pasukan Muslim menang.
Kemenangan Kaum Muslimin saat itu memang tidak terlepas dari pertolongan Allah. Tapi siapa yang telah menyulap tanah datar berbatu itu menjadi sebuah jurang? Tangan-tangan siapa yang telah memindahkan onggokan-onggokan tanah dengan batu-batu besar itu sehingga terbentuk lekukan dalam yang hanya beberapa ekor kuda saja yang mampu melewatinya?
Kemenangan Kaum Muslimin saat itu memang tidak terlepas dari pertolongan Allah. Tapi siapa yang telah menyulap tanah datar berbatu itu menjadi sebuah jurang? Tangan-tangan siapa yang telah memindahkan onggokan-onggokan tanah dengan batu-batu besar itu sehingga terbentuk lekukan dalam yang hanya beberapa ekor kuda saja yang mampu melewatinya?
Perang Ahzab tidak hanya terkenal dengan
strateginya yang kreatif dan inovatif, tapi juga optimisme dan
kesabaran Umat Islam. Betapa tidak, di tengah-tengah keadaan yang
mencekam itu justru pemimpin mereka menjanjikan bahwa Yaman, Persia, dan
Romawi akan mereka taklukkan. Di tengah terjangan badai kelaparan dan
perbandingan kekuatan yang tidak seimbang, justru Rasulullah menjanjikan
kemenangan. Mereka yakin mereka akan menang, mereka optimis. Mereka
tidak mundur ke belakang, terus berjuang,menahan rasa lapar. Mereka
sabar.
Kalau optimisme membuat tujuan kita
seolah-olah begitu dekat, kesabaran membuat kita terus melangkah dan
tidak mundur ke belakang, meskipun itu sangat berat dan menyakitkan.
Sinergi antara optimisme dan kesabaran akan membuat kita tahan terhadap
berbagai godaan. Godaan untuk berpaling ke belakang seperti orang-orang
munafik, godaan untuk menyerah, bahkan godaan untuk tidak percaya lagi
janji-janji Allah. Sinergi antara optimisme dan kesabaran itu juga
membuat kita teguh terhadap tujuan, bahwa kita punya sesuatu yang lebih
besar yang akan kita raih dibandingkan cobaan-cobaan yang kita rasakan.
Optimisme itu oksigen yang membuat lilin
harapan tetap hidup. Dan kesabaran adalah kekuatan kita untuk
menggenggam lilin itu agar tetap terjaga dan tidak terkena guncangan.
Oksigen sudah tersedia, lilin sudah bebas guncangan, tapi lilin itu bisa
saja mati diterpa badai. Badai prasangka. Allah sesuai prasangka
hambanya. Maka prasangka baik akan mengantar kita ke puncak kebaikan.
Sebaliknya, prasangka buruk akan menenggelamkan kita dalam samudera
keburukan.
0 komentar:
Posting Komentar