Rabu, 04 April 2012

Serial Optimisme IV: Sinergi Optimisme dan Kesabaran

Serial Optimisme IV: Sinergi Optimisme dan Kesabaran

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.” Q.S Al-Ahzab : 10.
Madinah sudah dikepung, dari luar, bahkan dari dalam. Sekitar 10 ribu pasukan kafir sudah siap menyerbu. Di tengah-tengah kelaparan dan kekhawatiran itu Pasukan Muslim memutuskan untuk tetap berperang. Mereka telah diajarkan untuk tetap optimis, bahwa mereka akan memperoleh kemenangan. Mereka juga telah diperintahkan untuk bersabar. Akhirnya Pasukan Muslim menang.
Kemenangan Kaum Muslimin saat itu memang tidak terlepas dari pertolongan Allah. Tapi siapa yang telah menyulap tanah datar berbatu itu menjadi sebuah jurang? Tangan-tangan siapa yang telah memindahkan onggokan-onggokan tanah dengan batu-batu besar itu sehingga terbentuk lekukan dalam yang hanya beberapa ekor kuda saja yang mampu melewatinya?
Perang Ahzab tidak hanya terkenal dengan strateginya yang kreatif dan inovatif, tapi juga optimisme dan kesabaran Umat Islam. Betapa tidak, di tengah-tengah keadaan yang mencekam itu justru pemimpin mereka menjanjikan bahwa Yaman, Persia, dan Romawi akan mereka taklukkan. Di tengah terjangan badai kelaparan dan perbandingan kekuatan yang tidak seimbang, justru Rasulullah menjanjikan kemenangan. Mereka yakin mereka akan menang, mereka optimis. Mereka tidak mundur ke belakang, terus berjuang,menahan rasa lapar. Mereka sabar.
Kalau optimisme membuat tujuan kita seolah-olah begitu dekat, kesabaran membuat kita terus melangkah dan tidak mundur ke belakang, meskipun itu sangat berat dan menyakitkan. Sinergi antara optimisme dan kesabaran akan membuat kita tahan terhadap berbagai godaan. Godaan untuk berpaling ke belakang seperti orang-orang munafik, godaan untuk menyerah, bahkan godaan untuk tidak percaya lagi janji-janji Allah. Sinergi antara optimisme dan kesabaran itu juga membuat kita teguh terhadap tujuan, bahwa kita punya sesuatu yang lebih besar yang akan kita raih dibandingkan cobaan-cobaan yang kita rasakan.
Optimisme itu oksigen yang membuat lilin harapan tetap hidup. Dan kesabaran adalah kekuatan kita untuk menggenggam lilin itu agar tetap terjaga dan tidak terkena guncangan. Oksigen sudah tersedia, lilin sudah bebas guncangan, tapi lilin itu bisa saja mati diterpa badai. Badai prasangka. Allah sesuai prasangka hambanya. Maka prasangka baik akan mengantar kita ke puncak kebaikan. Sebaliknya, prasangka buruk akan menenggelamkan kita dalam samudera keburukan.

0 komentar:

Posting Komentar