Islamic Parenting (Usia 4-10 Tahun) Bahagian 5
Menghibur Anak Yatim dan Menangis Karena MerekaRasulullah bersabda, “Aku dan pengasuh anak yatim itu di surga seperti ini.” Beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dengan meregangkan sedikit saja. Rasulullah pernah menciumi dan bercucuran air mata ketika melihat anak-anak Ja’far menjadi yatim karena ayahnya gugur dalam medan perang, beliau juga menghibur mereka.
Suatu hari Asma binti Umais, istri Ja’far mengisahkan :
Ketika Jafar, putra paman Nabi dan kawan-kawannya gugur sebagai
syuhada, saat itu aku sedang menemui Rasulullah, aku menyamak 40 kulit
kambing, membuat dua adonan roti, memandikan anak-anakku, meminyaki, dan
membersihkan mereka.
Mendadak Rasullulah bersabda: Bawalah kepadaku semua anak-anak
Jafar! ” maka kubawa mereka semua kepadanya dan beliau mencium mereka
semua, sedang airmatanya bercucuran.
Akupun bertanya “Wahai Rasulullah, semoga ayah dan ibuku menjadi
tebusanmu. Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Apakah telah sampai
kepadamu suatu berita tentang Jafar dan kawan-kawannya? Rasulullah
menjawab: “Benar, pada hari ini mereka telah gugur. Maka aku keluar
seraya menjerit histeris dan kaum wanita berkumpul menjengukku, sedang
Rasululllah keluar menemui keluarganya dan bersabda:
“Janganlah kalian melupakan keluarga Jafar untuk membuatkan makanan
bagi mereka, karena sesungguhnya kini mereka telah disibukkan oleh
musibah yang menimpa kepala rumah tangga mereka”
Beberapa hari kemudian, datanglah Asma binti Umais, lalu
menceritakan bahwa anak-anaknya telah menjadi yatim lalu mengadukan
kesulitan yang dialaminya, maka Nabi bersabda:
“Apakah engkau khuwatir jatuh miskin karena memelihara mereka, padahal akulah yang menjadi wali mereka di dunia dan di akhirat”
Sesungguhnya Rasul kita yang mulia telah menjanjikan kepada orang
yang menjamin anak yatim akan menjadi temannya didalam surga. Utk itu,
beliau bersabda :
“Aku dan orang yang menjamin anak yatim di dalam surga seperti ini,
“Seraya mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya sembari
membuka diantara keduanya dengan sesuatu”
Bahkan Nabi kita mengisyaratkan melalui hadist lainnya :
“Sebaik-baik rumah dikalangan kaum muslim ialah rumah yang
didalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik, dan
seburuk-buruk rumah dikalangan kaum muslim ialah rumah yg didalamnya
terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan buruk.
Termasuk santunan yang diberikan langsung oleh Nabi kepada.
Adalah suatu kebahagian tersendiri apabila kita bisa berbagi dengan para anak yatim.
Rasulullah bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku mengharamkan hak dua orang lemah, yaitu anak yatim dan wanita.”
Dengan demikian, seleksilah benar-benar harta kita. Adakah di dalamnya hak anak yatim yang kita rampas? Sebab, ancaman memakan harta mereka begitu jelas dan gamblang.
Melarang Bermain Saat Setan Berkeliaran dan Lindungilah dari penyakit ‘Ain
Rasulullah bersabda, “Apabila malam mulai gelap (malam telah tiba), tahanlah anak-anak kalian, karena setan saat itu sedang bertebaran. Apabila telah berlalu sesaat dari waktu maghrib, lepaskanlah mereka….”
Dan dari Jabir radhiyalloohu ‘anhu, dari Rasulullooh Shoollalloohu ‘Alaihi wa ‘Alaa Aalihi wa Sallam beliau Shoollalloohu ‘Alaihi wa ‘Alaa Aalihi wa Sallam bersabda :
” Tutuplah bejana-bejana, ikatlah wadah-wadah, dan tutuplah pintu-pintu, serta padamkanlah lentera-lentera. Karena sesungguhnya para syaithan tidak ( mampu ) membuka wadah tersebut, tidak membuka pintu, serta tidak menyingkap bejana. Jika salah seorang dari kalian tidak mendapatkan sesuatu apapun kecuali sekedar
membentangkan ranting di atas bejananya sambil menyebut nama Allah, maka hendaknya ia lakukanlah.
Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah melihat anak yang sedang menangis kemudian beliau bersabda, “Mengapa bayi kalian menangis? Mengapa tidak kalian ruqyah dari penyakit ‘ain?”
Mengajari Azan dan Shalat
Abu Mahdzurah bercerita, “Aku bersama 10 orang remaja berangkat bersama Rasulullah dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah adalah orang paling kami benci. Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau memerintahkan, ‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.
Rasulullah bersabda, ‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya, ‘Tentu engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah waktu itu mengusapnya.
Mengenai shalat, Rasulullah bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian shalat sejak usia 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkannya bila telah berusia 10 tahun.”
Anas bin Malik berkata, “Pada suatu hari aku pernah masuk ke tempat Rasulullah dan yang ada hanyalah beliau, aku, ibuku, dan Ummu Haram, bibiku. Tiba-tiba Rasulullah menemui kami lalu bersabda, ‘Maukah bila aku mengimami shalat untuk kalian?’ Kala itu bukan waktu shalat. Maka salah seorang berkata, ‘Bagaimana Anas di posisikan di dekat beliau?’ Beliau menempatkanku di kanan beliau lalu beliau shalat bersama kami…”
Tanpa cangung, Rasulullah mengajak anak shalat berjamaah meski tak ada orang selain anak tersebut, tanpa ragu pula, beliau mengangkat pemuda yang membencinya untuk menjadi tukang azan atau muazin kota Mekkah.
Mengajari Anak Sopan Santun dan Keberanian
Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa Rasulullah pernah meminta izin kepada anak ketika beliau hendak memberi minum kepada tamu yang dewasa terlebih dahulu sebelum dia. Namun anak itu menolak. Saat itu Rasulullah tidak bersikap kasar dan tidak menegurnya.
Di antara keberanian yang beretika ialah anak tidak dibiarkan berbuat sesuatu dengan sembunyi-sembunyi. Al Ghazali mengatakan, “Anak hendaknya dicegah dari mengerjakan apa pun dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab, ketika anak menyembunyikannya berarti dia menyakini perbuatan tersebut buruk dan tidak pantas dilakukan.
Menjadikan Anak yang Lebih Muda sebagai Imam Shalat dan Pemimpin dalam Perjalanan
Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Bila kalian sedang berpergian, hendaknya yang menjadi imam adalah yang paling bagus bacaannya di antara kalian, walaupun ia orang yang paling muda. Bila ia telah menjadi imam berarti ia adalah pemimpin.” Dan dikuatkan dengan hadits shahih, Amru bin Salamah berkata, Rasulullah bersabda, “Hendaknya yang menjadi imam kalian adalah yang paling banyak bacaan Al Qur’annya.”
Amru pada waktu itu merupakan qari yang paling muda kerana baru berusia enam tahun.
Dari Abu Mas’ud Al-Anshariy, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda, “Yang mengimami suatu kaum itu hendaklah orang yang lebih
pandai (faham) tentang kitab Allah diantara mereka. Apabila mereka itu
di dalam kefahamannya sama, maka yang lebih mengetahui diantara mereka
tentang sunnah. Jika mereka itu sama dalam pengetahuannya tentang
sunnah, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka itu sama dalam hal
hijrahnya, maka yang lebih dahulu diantara mereka masuk Islam. Dan
janganlah seseorang mengimami orang lain di dalam kekuasaannya. Dan
janganlah ia duduk di tempat kehormatannya yang berada di dalam rumahnya
kecuali dengan idzinnya”. [HR. Muslim juz 1, hal. 465]
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila
mereka tiga orang, maka hendaklah seorang dari mereka menjadi imam solat
mereka, dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling baik
bacaan al Qurannya” [HR Muslim 672]
Hal ini didasarkan pada pernyataan Amru bin Salamah yang berbunyi:
“Ketika terjadi penaklukan penduduk kota Makkah, maka setiap kaum
bersegera masuk Islam dan bapak dan kaumku segera masuk Islam. Ketika
datang, ia berkata: “Demi Allah, aku membawa kepada kalian dari sisi
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebuah kebenaran,” lalu ia
berkata,”Lakukanlah solat ini, pada waktu ini, dan solat itu pada waktu
itu. Apabila datang waktu solat, hendaklah salah seorang kalian berazan,
dan yang mengimami solat kalian adalah yang paling banyak hafalan al
Qurannya.” Lalu mereka melihat, dan tidak mendapati seorangpun yang
lebih banyak hafalannya dariku, kerana aku sering menemui orang yang
datang. Maka mereka menunjukku sebagai imam solat, padahal usiaku baru
enam atau tujuh tahun” [HR al Bukhari]
0 komentar:
Posting Komentar