Jarak, Jeda, dan Waktu
Berhenti di sana. Jangan lagi kamu
berjalan meski pelan-pelan. Aku takut ketika kamu jatuh, tanganku belum
siap di sana untuk menangkapmu. Jadi tunggu dulu.
Tunggu. Sampai mulutku tidak lagi gagu.
Sampai bicaraku lancar tanpa harus fokus pada jantung yang dengan cepat
berdebar. Aku tidak akan mengatakan kata-kata yang diucapkan kebanyakan
orang. Pasaran. Bualan. Jadi biarkan aku berkreasi sambil membaca
situasi, dan selama itu, silahkan kamu menunggu.
Kamu selalu bertanya dalam hati: ‘sampai kapan?’
Sampai kamu mengerti.
Mengerti bahwa matahari tiada pernah
membenci bumi, ia hanya tidak ingin menyakiti. Kata yang satu tidak
pernah membenci kata yang lain, mereka hanya ingin ada jeda, supaya
mereka punya makna. Pucuk pohon ‘tak pernah membenci akar, mereka hanya
ingin bersinergi untuk menjadi berdaya.
Jarak dicipta, tiada lain agar ia punya makna. Maka stop. Berhentilah di sana.
Adanya rasa bukan untuk diterka, jadi biarlah ia tetap indah sebagai sesuatu yang tidak disangka. Suka tidak suka.
0 komentar:
Posting Komentar