Aku dan huruf-huruf
Aku sedari dulu selalu merasa
cukup memandangmu dari sudut sini. Dari balik dinding hatiku yang kadang
runtuh diterpa sapa, atau sekedar senyum. Menghayati sesosok bidadari
dari sisi paling tidak manusiawi. Kala kau menatap, itulah kalaku harus
terpejam, aku tak sanggup. Kala kau bersuara adalah kalaku harus menutup
telinga, atau menjauh, atau bersembunyi dibalik dinding paling kedap
suara yang bisa kutemui. Engkau adalah sejumput keindahan dari milyaran
anugrah tuhan, representasi keteduhan tak berperi.
Aku ingin
bertengger di batas kesunyian. Menikmati kepecundangan ini sendirian.
Biar tak ada yang tahu. Jiwaku berhamburan tidak teratur. Aku makin
ngelantur. Hanya ingin tidur, dan bermimpi, kalau-kalau saja aku
tiba-tiba mati dan masuk surga. Melewati semuanya tanpa harus merasa
pedih. Adakah kamu di sana merasakannya? Getaran-getaran yang berbicara:
“aku ingin ada kamu di sini. Bercerita, bercanda, atau sekedar
bertatapan”.
Aku selalu memandangmu teduh, tanpa tahu
kau pandang apa aku. Tanpa tau hitam putih kah aku di matamu. Dan kini
semua berujung pada perjanjian suci antara aku dan huruf-huruf. Agar
tetap tiada yang tahu.
0 komentar:
Posting Komentar