Rabu, 04 April 2012

Masihkah ada pelangi di langit jiwa

Masihkah ada pelangi di langit jiwa

Segala penjuru mulutku masih bermentega. Cileuh-cileuh1 masih betah bertengger di ujung kelopak mata, membuat mata enggan membuka bulat. Aku dipaksa bangun lagi oleh secercah cahaya matahari, oleh putaran jarum yang yang bersandang di dinding kamar. Aku, yang ‘tak mudah tega pada tubuhku sendiri, untuk saat ini harus menyeret ketaktegaan ini jauh-jauh, mungkin lebih jauh dari kampung halaman tempat aku lahir dan dibesarkan. Sadar betul aku, dalam tiap inchi harapan yang aku susun dalam ruang asa, terkandung semua energi kehidupan. Tapi ntah mengapa, kali ini energi itu mati, atau hilang, hukum kekekalan energi tidak berlaku kali ini.
Sekelumit hati berkabung, menangisi kehampaan pikiran yang akhir-akhir ini buyar, membuncah tanpa arah. Pelangi ‘tak lagi muncul di langit jiwa. Di bawah hegemoni kedigdayaan hati yang terasing, seolah aku ‘tak berdaya.

0 komentar:

Posting Komentar